var addthis_config = {"data_track_addressbar":true};

toneng.blogspot.com

Sabtu, 25 Februari 2012

Membangun Sistem dan Usaha Pertanian Yang Kuat dan Mapan

Aceh Tamiang - Tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang untuk menggalakkan produktifitas dan menyediakan fondasi jangka panjang dalam peningkatan produktifitas secara terus menerus. Dalam menjawab tantangan tersebut Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang memfokuskan pada langkah-langkah upaya peningkatan produktifitas yang merupakan kunci peningkatan pendapatan petani.

Langkah-langkah tersebut dimulai dari penataan dan pengolahan lahan, penataan produksi dan perbaikan saluran distribusi hingga konsumsi.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang Muhammad Yunus, SP. MM mengatakan, banyak hal yang harus dilakukan dalam mengembangkan pertanian pada masa yang akan datang. Kesejahteraan petani merupakan tujuan utama yang menjadi prioritas dalam melakukan program apapun.

“Pembangunan pertanian harus diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, khususnya petani melalui pembangunan sistem pertanian dan usaha pertanian yang kuat dan mapan. Dimana sistem tersebut harus dapat berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistik”. Jelas Muhammad Yunus yang sudah bertugas di Kabupaten Aceh Tamiang sebagai penyuluh di BPP Rantau sejak tahun 1986 hingga 1992.

Dalam upaya peningkatan produksi, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang juga menggalakkan program pembangunan infrastruktur, Sumber Daya Manusia (SDM) serta pemanfaatan lahan-lahan terlantar. Hal itu dilakukan guna mewujudkan ketahanan pangan masyarakat sebagai program pokok.

Muhammad Yunus, SP. MM dilantik menjadi pimpinan BPP Rantau sejak tahun1992 hingga tahun 2000, kemudian pertengahan tahun 2003 Muhammad Yunus menjabat sebagai Pj.Kasubbid Ketahanan Pangan pada Dinas Pertanian Aceh Tamiang. Memasuki tahun 2007, beliau dipercaya sebagai Kepala Bidang Produksi dan Tanaman Pangan di Dinas tersebut. Muhammad Yunus pun terus berkiprah dan menjadi Kepala Dinas Pertanian mulai awal 2008 hingga sekarang tentunya dalam mewujudkan ketahanan pangan yang menjadi program pokoknya itu.

Dampak Perubahan Iklim Bagi Petani

Dampak perubahan iklim sangat nyata dirasakan oleh para petani. Bagi petani yang memiliki lahan sawah tadah hujan yang benar-benar bergantung dari musim, sangat merasakan dampak tersebut.

Hujan yang tak menentu sering kali membuat pola tanam menjadi kacau. Sering kali benih yang ditabur tidak jadi tumbuh karena ternyata hujan tidak kunjung datang. Akhirnya kerugian harus ditanggung karena harus menabur benih lagi.

Berhasil tidaknya usaha tani tanaman pangan sangat ditentukan oleh pasokan air yang memadai. Tidak mengherankan jika gagal panen dan puso menjadi cerita rutin tahunan yang selalu berulang.

Berdasarkan luas tanam, luas panen, produktifitas dan produksi tanaman padi tahun ini, produksi padi di Kabupaten Aceh Tamiang menurun karena mengalami gagal panen akibat kekeringan, banjir serta serangan hama.

Kabupaten Aceh Tamiang memiliki luas baku sawah seluas 28.547 Ha dengan luas panen 26.821 Ha yang tersebar di 12 kecamatan. Dari luas tersebut produktifits perhektarnya hanya mencapai 5,4 ton pertahun, dengan total produksi 159,018,8 ton pertahun.

Sistem usaha tani memiliki faktor resiko tinggi karena sebagian besar bergantung pada alam yang tidak bisa dikendalikan teknologi. Subsidi pemerintah amat diperlukan guna memberi kekuatan kepada petani untuk bangkit dari kegagalan panen, paling tidak dengan mendapat pengantian biaya untuk dapat bertanam kembali.

Tanpa antisipasi yang memadai, perubahan iklim ini akan membawa resiko besar bagi pertanian. Tidak hanya produksi pangan menurun, pada saatyang sama petani juga akan jatuh miskin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar