var addthis_config = {"data_track_addressbar":true};

toneng.blogspot.com

Jumat, 24 Februari 2012

Pertanian Aceh Timur Mendukung Ketahanan Pangan Nasional


Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan salah satu sektor yang mendapat perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Kebijakan Departemen pertanianpun menempatkan program tersebut ditingkatkan dari sisi pendanaanya termasuk volume kegiatannya.

Kabupaten Aceh Timur memiliki potensi lahan pertanian yang cukup besar, produksinya terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Potensi pertanian itu tersebar di 5 kecamatan, yakni kecamatan Pante Bidari, Simpang Ulim, Madat, peurlak dan Nurussalam. Kenyataan itu diungkapkan Pj.Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Aceh Timur Sugiarto, SP.

Sejak tahun 2006 hingga sekarang, produktivitas pertanian Kabupaten Aceh Timur terus meningkat dan beberapa kali mengalami surplus. Hal itu didukung oleh kondisi yang mulai kondusif, berbagai bantuan dari pemerintah seperti, benih, pupuk, racun hama, alat pemotong padi, handtracktor, pompanisasi maupun bentuk infrastruktur lainnya yang tersebar diseluruh kecamatan.

Berdasarkan data keadaan produksi padi di Kabupaten Aceh Timur, produksi tanaman padi tahun 2010 mencapai 210.824 ton. Setahun kemudian naik menjadi 272.889 ton. Sedangkan produksi beras tahun 2010 dari 126494,40 ton meningkat menjadi 163733,40 ton.

Kabupaten Aceh Timur saat ini memiliki luas baku sawah seluas 35.025 Ha, 3.325 Ha irigasi teknis, 4.377 Ha menggunakan irigasi semi teknis, 4.420 Ha sederhana pompanisasi, 3.755 Ha irigasi desa dan 19.148 Ha masih mengandalkan tadah hujan.

Sugiarto menjelaskan, langkah dalam upaya peningkatan produksi tersebut dilakukan melalui kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) yang setiap tahunnya mendapat alokasi kegiatan di seluruh Kabupaten Aceh Timur.

“Pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui sektor pertanian di Kabupaten Aceh Timur mencapai 5 persen pertahun, sedangkan pertumbuhan secara nasional mencapai 7 persen pertahun”. Jelas Sugiarto.

Sugiarto menambahkan, penetapan prioritas pembangunan pertanian juga penting dilakukan, hal itu dimaksudkan agar pembangunan pertanian tersebut lebih fokus dan menyentuh aspek penting yang berdampak besar bagi kesejahteraan petani dan keberhasilan pembangunan pertanian itu sendiri.

“Ketahanan pangan tetap harus menjadi prioritas utama pembangunan pertanian, perlu peran dan kemauan petani, support dari pemerintah, kerja sama yang baik dengan stake holder yang terlibat”

Kemandirian petani dan kelompok tani merupakan faktor pendorong utama keberhasilan program pembangunan pertanian. Petani sebagai Sumber Daya Manusia yang bergerak dan memegang kendali penting dalam pembangunan pertanian harus cerdas, memiliki keinginan yang maju. Sehingga usaha tani yang dijalankannya tidak hanya berorientasi jangka pendek tapi sudah berorientasi jangka panjang.

Kemandirian petani itu bisa dibangun melalui pembinaan rutin di lapangan melalui penyuluh pertanian, sekolah lapangan dan berbagai kegiatan pembinaan lainnya yang dibimbing oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL).

Lebih efektif lagi jika pembinaan tersebut dilakukan dalam kelompok tani. Jadi idealnya setiap desa memiliki satu kelompok tani andalan yang bisa dijadikan sentra pendidikan petani di desa tersebut.

Dalam program pertanian berkelanjutan, pada tahun 2011 lalu Kabupaten Aceh Timur melakukan pola cetak sawah dengan luas 700 Ha. Sedangkan untuk tahun ini pemerintah telah mengalokasikan dana 10 Milyar rupiah untuk cetak sawah 1000 Ha.

Infrastruktur juga sangat berperan penting dalam menyukseskan pembangunan pertanian. Infrastruktur yang baik akan memudahkan petani dalam proses budi daya mengakses sarana produksi dan menjual hasil taninya.
Infrastruktur yang sangat dibutuhkan oleh petani diantaranya yaitu, sarana irigasi, jalan, jembatan dan pasar. Sugiarto mengakui infrastruktur di Kabupaten Aceh Timur saat ini belum memadai karena banyak irigasi atau saluran yang sudah mengalami pendangkalan.

“Pada umumnya jalan usaha tani masih belum memadai sehingga belum dapat dimanfaatkan secara optimal, oleh karena itu, kedepan kita coba prioritaskan pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan jalan usaha tani dengan pengertian pembangunan baru, peningkatan kapasitas dan rehabilitas jalan usaha tani yang memenuhi standar teknis untuk dilalui dan alat mesin pertanian yang diperlukan” Ungkap Sugiarto.

Sementara untuk penerapan teknologi pertanian dilakukan melalui kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), setiap kelompok tani yang memiliki kegiatan untuk 25 Ha, hanya 1 Ha saja paket teknologi yang diterapkan pada kelompok tersebut seperti sarana produksi, pupuk dan tehnik budi daya. Sedangkan untuk 24 Ha hanya menerima bantuan benih saja. Melalui benih unggul tersebut juga sudah meningkatkan produksi.

“Kelompok tani yang memiliki kegiatan 25 Ha, hanya 1 Ha saja yang menerapkan paket penuh teknologi, sedangkan 24 Ha lainnya kami hanya sediakan bantuan benih unggul, dengan penggunaan benih unggul itu juga sudah meningkatkan produksi”. Jelas Sugiarto.

Sugiarto juga menambahkan, pihaknya telah mengantisipasi berbagai serangan hama seperti, keong emas dan penggerek batang. “Jika ada laporan patani soal serangan hama kami langsung antisipasi dengan memberikan racun hama” Tambah Sugiarto.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar