var addthis_config = {"data_track_addressbar":true};

toneng.blogspot.com

Senin, 17 September 2012

Seumapa, Tradisi Adat Aceh Yang Nyaris Punah


Kota Langsa | Seumapa adalah sebuah ritual adat perkawinan di Aceh, terutama pada saat Intat Linto (menghantar pengantin laki-laki). Dilihat dari istilah kata-kata seumapa, dapat dipastikan bahwa asal kata seumapa adalah sapa-menyapa.

Seumapa sebagai salah satu acara pada upacara adat Intat Linto adalah saling memberi salam dan bertukar informasi antara dua pihak, yaitu pihak rombongan Linto Baro (pengantin laki-laki) dan pihak Dara Baro (pengantin perempuan) atau Ureung Preh Linto Baro (orang yang menunggu pengantin laki-laki) yang diwakili ketua rombongan masing-masing, yang diutarakan dalam bait-bait panton (pantun) dengan bahasa yang indah dan santun yang berlangsung di depan rumah Dara Baro (pengantin perempuan).

Hal ini merupakan kebiasaan orang Aceh yang bila datang ke sebuah rumah atau suatu tempat, selalu penuh dengan sopan santun dan memuliakan masyarakat setempat. Begitu pula sebaliknya sebagai orang yang punya tempat, akan menyambut baik bila didatangi dan dikunjungi oleh tamu, sepanjang tamu tersebut datang dengan penuh sopan santun.

Saat ini acara seumapa pada upacara Intat Linto atau Preh Linto sudah sangat jarang ditemukan. Hal ini disebabkan generasi sekarang sudah kurang menaruh perhatian terhadap adat dan budaya warisan leluhur. Disamping itu kader-kader yang mampu dalam seni seumapa sudah sangat langka. Memang pada beberapa daerah masih ditemui satu atau dua orang yang mampu dan cukup lihai dalam seumapa, tapi rata-rata mereka sudah berusia cukup tua. Tidak pernah terlahir lagi kader-kader seumapa dari generasi muda.

Dalam acara Rekruitmen pelatiahan Narit Maja/Seumapa angkatan I & II se-Kota Langsa, Kepala Sekretariat Majelis Adat Aceh Provinsi Aceh Drs.Yusri Yusuf mengatakan (12/9), melalui pelatihan rekrutmen pembacaan Narit Maja/Seumapa diharapkan masyarakat Aceh mau melakukan kegiatan adat serta melestarikannya. Menurutnya apabila hal demikian dibiarkan tanpa kepedulian kita, sungguh sangat disayangkan, adat seumapa ini pada suatu saat akan punah dan lenyap sama sekali.


Generasi kedepan tidak tahu lagi, tidak mengerti dan tidak pernah menyaksikan apa dan bagaimana sebenarnya seumapa pada sebuah perhelatan perkawinan dalam adat Aceh terutama pada kegiatan Intat Linto. Padahal kalau dilihat dari segi filosofi dan makna yang terkandung dalam acara tersebut sangat baik dan menarik, penuh dengan nasihat dan dakwah, serta mengandung nilai senisebagai sebuah hiburan bagi masyarakat.