var addthis_config = {"data_track_addressbar":true};

toneng.blogspot.com

Jumat, 14 Oktober 2011

“Tamiang Si Itam Mieng”

Oleh : H.S.Ardha, SH, MH Pemerhati Sosial Kabupaten Aceh Tamiang


Bumi Muda Sedia yang menurut legenda di sebagian anak negeri  ada yang menyatakan bahwa asal Tamiang dari sebutan bahasa  Aceh yaitu Item Mieng, karena dahulu kala katanya salah seorang raja dari Negeri Benua memiliki tanda di pipi (Wallahu’alam Bissawab).

Barang kali karena cerita tersebut, sebagian orang (suku) Tamiang ada yang alergi mengakui dirinya sebagai Putra Tamiang, lebih-lebih saat Tamiang merupakan bagian dari Kabupaten Induk Aceh Timur, sering terdengar dari pengakuan orang-orang tertentu (biasanya yang memiliki status sosial yang baik di tengah masyarakat/organisasinya), saat itu enggan dan takut mengakui secara lisan bahwa mereka adalah Putra Tamiang.

Namun sejak Tamiang telah menjadi Kabupaten dengan suatu Pemerintahan sendiri, suasana tersebut berubah total (Barang kali begitu juga dengan wilayah-wilayah pemekaran lainnya di Tanah Air ini), “semua” kembali mengakui dan menyatakan diri “AKU ADALAH PUTRA ANAK NEGERI” berbondong-bondong menyatakan status dan eksistensinya.

Berkaitan hal itu penulis jadi teringat dengan suatu cerita masa kanak-kanak dulu tentang NASIB Kucing Kurap” sebagai ibu. Sebagai ilustrasi dan bahan renungan ku kisahkan melalui cerita tersebut yang sebenarnya semua orang tentu sudah tahu, Kucing Kurp mempunyai anak yang cukup cantik baik dari kebersihan bulu dan warnanya yang putih melepah. Si anak merasa malu dan minder beribukan Kucing Kurap, maka si anak kucing pun bertekad mencari ibu pengganti Asal Bukan Kucing Kurap (ABKK). Dalam merenung memikirkan siapa ibu yang pantas baginya, malam itu terlihatlah olehnya Bulan Purnama yang sedang bersinar dengan cahaya keemasannya. Anak kucing yang tampan berfikir mungkin bulan lebih tepat menjadi ibuku. Lalu dia pun menyapa bulan.........”Hai bulan maukah kau menjadi ibuku ?” Bulan bertanya.......Memangnya kamu tidak punya ibu ? Anak kucing menjawab....”Ada....,Cuma ibuku kucing kurap, aku malu beribu padanya !”. Lalu bulan berkata “Kalau kamu mau mencari ibu yang hebat/gagah dan perkasa, aku bulan belum apa-apa dibandingkan dengan matahari, maka kusarankan padamu anak kucing kau minta matahari menjadi ibumu”. Mendengar hal itu anak kucing menunggu terbitnya matahari dikeesokan harinya, seperti pintanya pada bulan, anak kucing juga memohon pada matahari. Matahari menjawab, “Aku matahari belum apa-apa bila dibandingkan dengan awan , karena kehadiranku masih dikalahkan dengan kehadiran awan, cahayaku hilang tertutup awan”. Maka matahari menyarankan anak kucing meminta awan menjadi ibunya. Setelah bertemu awan , awanpun menjawab, “Hai anak kucing aku masih belum apa-apa bila dibandingkan dengan angin, karena angin menghapuskan keberadaanku, maka kusarankan engkau anak kucing untuk meminta angin menjadi ibumu”. Segera anak kucing pun menjumpai angin menceritakan tentang maksudnya. Rupanya anigin juga punya jawaban bahwa masih ada yang lebih gagah darinya yaitu gunung, karena angin tak mampu menggoyahkan gunung. Lalu anak kucing pun disuruh angin menjumpai gunung. Gunung juga mempunyain kelemahan dan kata gunung aku mampu bertahan karena adanya rumput, karena rumputlah diriku gagah perkasa, maka sebenarnya rumput itulah lebih tepat menjadi ibumu, oleh karenanya hai anak kucing kusarankan kamu meminta rumput menjadi ibumu. Anak kucing sudah mulai penat, di hatinya mulai terbesit  bahwa sungguh susah mencari ibu yang dibanggakan.
Namun anak kucing bertekad untuk mencari ibu lain yang gagah perkasa, maka ia pun menjumpai rumput. Rumput terkejut mendengar cerita  dan permintaan anak kucing, namun rumput tidak memberi nasihat, ia hanya berkata, “Hai anak kucing, aku rumput masih belum apa-apa bila dibandingkan dengan kerbau , kau mintalah kerbau menjadi ibumu”. Anak kucingpun menjumpai kerbau, tapi kerbau pun beralasan, aku ini memang gagah dan kuat, tapi ada yang lebih dari itu yaitu tali yang terikat di hidungku ini, ku kira itu yang cocok menjadi ibumu. Namun dengan spontan tali hidung kerbau menjawab, “Bukan aku yang hebat hai anak kucing, tali ini masih belum apa-apa dibandingkan dengan gigitan tikus yang dapat memutuskan ku, maka bila alasan mu mencari ibu yang kuat , tampan dan licah, maka kau mintalah tikus tikus menjadi ibumu”. Tanpa berfikir panjang anak kucing pun mencari tikus itu. Sang tikus begitu melihat anak kucing lalu lari terbirit-birit danbberkejar-kejaran lah mereka sampai akhirnya anak kucing dan tikus itu lemas kehabisan tenaga, terkulailah keduanya. Dalam keadaan begitu anak kucing berkata hai tikus aku tidak bermaksud menyakitimu dan aku hanya ingin kau menjadi ibuku, sang tikus terbatuk-batuk mendengar permohonan anak kucing. Dalam hatinya dia bergumam, “Yang parah sekalilah anak kucing ini, tak mengakui apa dan siapa dia sebenarnya”. Namun hal itu di simpan dalam hatinya. Tikus berkata, “Hai anak kucing, akun tikusn ini masih belum apa-apa bila dibandingkan dengan kucing kurap itu, aku takut dan tunduk padanya, jadi mana mungkin aku menjadi ibumu, kusarankan kau minta pada kucing kurap untuk menjadi ibumu.......” 
(Wallahu’alam Bissawb)

Itulah cerita kucing kurap, semoga tulisan ini dapat dijadikan bahan renungan bagi anak negeri yang ingin menjadikan negeri ini Baldatun Thalbatun Wa Rabbun Ghafur, bukan seperti saat ini saling berebut mendapat porsi tanpa mau peduli pada nasib anak Negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar